Video yang direview pada kesempatan ini merupakan video mikro yang berdurasi 1 jam 35 menit dan 7 detik.
Video tersebut dibuka
dengan diawali salam oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. kemudian dijawab oleh seluruh
audience yang lainnya. Setelah mengucapkan salam kemudian diikuti dengan
melafazkan basmalah sebagai pertanda dimulainya kelas yang selanjutnya
diikuti dengan intermezo.
Sebelum sampai kepada
hal-hal yang akan disampaikan Prof. Dr. Marsigit, MA. menyampaikan beberapa hal
yang mendasar yang pertama yaitu pendidikan itu bisa di naikkan sampai paling
tinggi dan bisa di turunkan sampai ke paling rendah sampai pada batas
materinya. Secara spiritual, fungsi dari pendidikan adalah memfasilitasi. Kata
fasilitasi itu mencakup ranah paling tinggi dan ranah paling rendah. Fungsi
paling tinggi dari pendidikan secara spiritual adalah memfasilitasi peserta
didik yang jika dinaikkan akan terus naik menyesuaikan levelnya.
Analogi yang diceritakan
pada video tersebut mengenai fungsi pendidikan secara spiritual adalah mengenai
salah satu kisah dari Rasulullah saw. bersama dengan sahabatnya-sahabatnya.
Suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya bagaimanakah wajah Rasulullah
yang sesungguhnya?, kemudian beliau menjawab lihatlah lubang telinga anak
ke-5ku itu, kemudian melihatnya kecuali satu di antara mereka yaitu Abu Bakar
ra. kemudian Rasulullah saw. bertanya kenapa kamu tidak melihatnya?, Abu Bakar
menjawab saya tidak perlu melihatnyq insya Alah saya sudah tahu, saya selalu
melihat wajah Rasulullah kapan dan di mana pun saya berada. Kemudian Rasulullah
berkata kamulah murid/sahabatku yang paling cerdas.
Dari cerita tersebut jika
dinaikkan lagi di atas Rasulullah saw. masih ada lagi gurunya yaitu malaikat Jibril.
Kemudian dinaikkan lagi di atas Jibril adalah kuasa Allah SWT. Jadi fungsi dari
pendidikan secara spiritual adalah memfasilitasi peserta didik agar mengetahui
dan menjalakan perintah dari Tuhan dan menjauhi larangannya.
Namun jika diturunkan
secara filsafat, fungsi dari pendidikan secara spiritual adalah memfasilitasi
siswa agar mampu membangun hidupnya dunia dan akhirat. Jika diturunkan lagi
secara psikologi sosial, fungsi dari pendidikan adalah memerdekakan peserta
didik. Bagaimana agar peserta didik merdeka? Diturunkan lagi psikologinya.
Supaya merdeka ada istilah atau paradigma mengurangi intervensi guru untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk aktivitas siswa. Maka dari itu
pendidikan dibelah menjadi dua yaitu kepentingan guru dan kepentingan siswa di
mana guru mewakili generasi tua atau penguasa sedangkan siswa mewakili generasi
muda atau rakyat. Kebutuhan orang tua disebut ambisi sedangkan kebutuhan orang muda
adalah kebutuhan, sehingga pendidikan itu cukup dibelah menjadi dua saja,
apakah kepentingan ambisi orang tua ataupun kepentingan atas kebutuhan para
siswa.
Orang tua itu terdiri
dari orang tua, guru, kepala sekolah, dinas, gubernur, presiden, pemerintah
kemudian kapital/bisnis, industri bahkan penjajah adalah mereka-mereka yang
mempunyai ambisi. Ambisi itu ada dua, yaitu ambisi yang baik dan ambisi yang
buruk. Kalau pemerintah punya ambisi, maka ambisi itu adalah ambisi yang baik
pada ruang dan tempatnya, kalau diterapkan di sembarang tempat belum tentu
baik, maka dari itu metode menjadi penting. Begitu pun dengan penjajah, mereka
mempunyai ambisi yang dianggap sebagai ambisi buruk bagi negara yang
dijajahnya.
Kebutuhan orang muda atau
siswa secara metodologi dibagi menjadi dua yaitu directed teaching dan interected
teacing yaitu pembelajaran yang terkendali dan pembelajaran yang kurang
terkendali atau loser. Video yang dibuat oleh mahasiswa terkendali dengan ketat
yang. Mahasiswa mempunyai idealis, jadi bisa dikatakan bahwa video itu adalah
ambisi orang tua. Yang dimaksud dengan inovasi pembelajaran pada video mikro teaching
adalah move on. Move on dari penjajah ke rebibik dari pemerintah ke masyarakat,
dari guru ke siswa, dari orang tua ke anaknya. Kenapa terjadi bahwa mahasiswa
tidak bisa move on? Karena ini terlabelkan dengan genetika atau budaya karena
intuisi mahasiswa sekarang mengalir dari intuisi penjajah yang menjadi budaya
yang muncul dalam cerita dan film dalam pikiran orang tua, saudara dan
seterusnya yang kemudian direfleksikan wujudnya secara tidak sadar sebagai
seorang yang directed teaching.
Berikut merupakan
komen-komen dari beberapaa video micro teaching online yang telah dikirim.
1.
Apersepsi
Apersepsi
yang ada pada video hanya mengenai tentang ingatan. Apersepsi tidak hanya
mengenai ingatan tapi juga mencakup mengenai keterampilan hidup, ingatan
mengerjakan, mendengar, menulis dan sebagainya. Selanjutnya adalah jika
menunjuk seseorang pada saat apersepsi maka yang lain tidak akan memperhatikan.
2.
Masalah waktu
Struktur
pembelajaran itu harus tepat mulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan
seterusnya berdasarkan porsi waktunya masing-masing. Masih terdapat yang belum
menggunakan.
3.
Fenomena LKPD
Masih
terdapat mahasiswa yang belum menggunakan LKPD atau LKS pada proses
pembelajaran, dan yang harus diingat bahwa LKPD bukan kumpulan soal dan semua
siswa yang membuat LKPD berisi kumpulan soal, tapi berisi langkah-langkah untuk
menemukan rumus matematika.
4.
Tidak memfasilitasi siswa menemukan rumus
Dalam memfasilitasi siswa menemukan rumus mencakup persoalan spiritua, filsafat, psikologi, budaya, genetika yang mengalirkan intuisi.
Pembelajarannya masih teacher centre atau directed teaching yang mana masih didominasi oleh guru dan siswa belum menjadi aktor atau yang difasilitasi dalam pembelajaran.
Semua video masih bermasalah antara sajian tulisan dan tertulis. Banyak hal-hal yang diucapkan yang harusnya tertulis. Aliran konstruktivisme ekstrim bahkan mengatakan guru dilarang keras menjelaskan materi atau konten kepada siswa sebab akan mengintervensi siswa dalam membangun dan menemukan matematikanya atau rumusnya, di mana guru diharapkan hanya memfasilitasi saja. Itulah kenapa LKPDnya harus lengkap.
Dalam mencari kesimpulan bersama tidak harus memperoleh satu kesimpulan yang sama. Siswa hendaknya menghasilkan banyak kesimpulan kemudian mencari kesamaan dari kesimpulan yang dihasilkan.
Cenderung tergesa-gesa dalam menjelaskan materi yang secara psikologis dikejar waktu dan kuota/pulsa. Ciri khas dari directed teaching ini adalah ekspektasi guru yang sangat kuat bahwa siswa harus bisa banyak hal bahkan tanpa kompromi (absolutly).
Pemberian tugas yang 24 jam. Siswa tidak hanya mengikuti pelajaran dari sat guru yang andal, tapi menerima pelajaran dari guru yang lain juga. Tindakan seperti ini menjadi salah satu tindakan guru yang otoriter dalam pembelajaran directed learning.
Setiap orang tidak menuliskan dan tidak mengucapkan identitas kelas yang di cantumkan.
Suara, gerakan dan penampilan juga perlu diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar