Kamis, 29 April 2021

REFLEKSI PERTEMUAN 9: MENGUNGKAP FILSAFAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Perkuliahan mata kuliah Filsafat Ilmu pertemuan ke-9 yang diampuh oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. dilakukan pada hari Selasa, 27 April 2021 pukul 12:40-14:00 WIB dan berlangsung secara daring melalui Zoom. Inti materi yang disampaikan pada mata kuliah kali ini adalah mengenai Filsafat pada Pembelajaran Matematika.

Seperti biasa, perkuliahan kali ini diawali dengan berdoa menurut keyakinan masing-masing. Setelah itu Prof. Marsigit menyatakan yang sebelumnya mahasiswa diperintahkan untuk menonton video microteacing yang di ampuh oleh Prof. Marsigit di kelas lain, yaitu untuk menekankan, diperkenalkan dan memfasilitasi bagaimana pembelajaran pada era pandemi, kemudian Prof. memutarkan video microteaching tersebut untuk memberikan gambaran dan kaitannya dengan tugas yang sementara digarap.

Setelah video microteaching di putarkan, kemudian Prof menanyakan kepada mahasiswa filsafat yang diungkap pada video tersebut. Kemudian prof menyebut nama mahasiswa satu persatu untuk menyampaikan pendapat masing-masing.

1.      Rahmania Abida, menyatakan bahwa video tersebut mengungkap filsafat konstruktivisme karena terdapat langkah-langkah pembelajarannya. Kemudian Prof. Marsigit menanggapi bahwa itu terlalu umum.

2.      Dola Julianti, menyatakan bahwa video tersebut mengungkap filsafat materi persamaan kuadrat. Kemudian Prof mengomentari bahwa menyebut materi itu kembali ke zaman dulu yang menyebut isi pelajaran sebagai materi yang sekarang dikenal dengan kompetensi.

3.      Yosica Nadilah Zahara, video tersebut mengungkap filsafat ketidaktahuan.  Kemudian prof menyatakan bahwa siswa yang tidak tahu benar atau salah? Kemudian Yosica menyampaikan benar mak dapat disimpulkan bahwa tidak usah belajar karena ketidaktahuan itu benar.

4.      Arma Wangsa, menyatakan bahwa video tersebut mengungkap filsafat skeptisisme yang mana guru meragukan jawaban siswa sehingga membuat siswa berusaha untuk kembali memverifikasi jawabannya. Komentar dari Prof menyatakan bahwa suka-suka Anda untuk menyatakan dia mengungkap filsafat apa, intinya Anda dapat menerangkan maksudnya.

5.      Dwi Susanti, menyatakan bahwa video tersebut mengungkap filsafat konsep yaitu konsep dari persamaan kuadrat.

6.      Firdayana Makmur, pada video tersebut yaitu siswa mencoba untuk bernalar/berpikir di mana guru menjadi fasilitator dengan menyediakan LKPD sehingga siswa berusaha untuk mengonstruksi sendiri pengetahuannya melalui LKPD. Bagus karena sudah ada unsur normatifnya.

7.      Syilfia Septani, adanya suatu permasalahan yang dapat diselesaikan oleh siswa. Kemudian Prof. mengomentari bahwa permasalahan tidak perlu menggunakan filsafat karena filsafat sudah ada dimana-mana.

8.      Fonni Yusdian, menyatakan bahwa bagaimana guru membangun cara berpikir siswa yang awalnya dilakukan apersepsi kemudian mengamati dan berikutnya yang disebut dengan filsafat membangun.

9.      Mutiara Annisa Widodo, video tersebut mengungkap filsafat konstruktivisme di mana pembelajaran tersebut membangun konsep di benak siswa.

10.  Marwah Astriani Kamsurya, menyatakan bahwa siswa di tuntut untuk mengaitkan konsep yang sudah diketahui sebelumnya dan yang akan dijelaskan.

11.  Auliah Almas, menjelaskan bahwa guru berusaha membangun konsep yang ada di dalam pikiran siswa. Prof. Menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa membangun pemikiran kita selain diri kita sendiri.

12.  Wiwin Fajriah Hanna, membantu mengingatkan materi dengan apersepsi. Prof menanggapi bahwa apersepsi itu baru sampai pada tahap psikologi belum sampai pada ranah filsafat.

13.  Inova, menjelaskan bahwa video tersebut mengungkap filsafat cara berpikir deduktif.

14.  Catur Yustika, filsafat yang di ungkap adalah filsafat fenomenologi, di mana terdapat kegiatan belajar atau studi sebagai dasar kesadaran dan pengalaman. Prof berkomentar bahwa itu belum fenomenologi tapi baru empirisme (berdasarkan pada pengelaman), kalau fenomenologi itu ada abstraksi dan idealisasi.

15.  Hafiatul, menyatakan bahwa guru ingin mengetahui hambatan epistemologi siswa di mana guru ingin mengetahui bagaimana siswa dalam menentukan konsep dan langkah-langkah untuk menentukan akar-akar persamaan kuadrat. Prof berkomentar bahwa sudah benar karena mengetahui dalam rangka bagaimana sudah termasuk epistemologi. Matematika juga dikatakan sebagai epistemologi dari filsafat karena matematika juga digunakan dalam mencari kebenaran dan langkah-langkah mencari kebenaran itu adalah epistemologi.

16.  Sitti Mutia Umasugi, menjelaskan bahwa kegiatan belajar tersebut mengadakan yang mungkin ada di pikiran siswa dengan usaha gutu memfasilitasi siswa seperti dengan penyediaan LKPD.

17.  Belva, video tersebut mengungkap filsafat wadah dan isi, di mana wadahnya adalah pendekatan saintifik dan isinya adalah materi akar-akar persamaan kuadrat.

Jadi tidak terdapat satu unsur pun yang terbebas dari objek filsafat walau pun semuanya tidak bisa ditanyakan dan tidak bisa dijelaskan.

Rabu, 14 April 2021

REFLEKSI PERTEMUAN 8: BELAJAR ADALAH HIDUP

Perkuliahan mata kuliah Filsafat Ilmu pertemuan ke-8 yang diampuh oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. dilakukan pada hari Selasa, 13 April 2021 pukul 12:40-14:00 WIB dan berlangsung secara daring melalui Zoom. Inti materi yang disampaikan pada mata kuliah kali ini adalah mengenai Belajar adalah Hidup.

Perkuliahan dimulai dengan salam dan mukaddimah oleh Prof. Marsigit, kemudian dilanjutkan dengan berdoa. Setlah itu Prof. Marsigit mengucapkan selamat berpuasa bagi yang menjalakannya.

Pengertian atau makna secara ontologis dari belajar yang paling luas adalah membangun hidup. Menemukan rumus termasuk membangun hidup jadi dapat dikatakan bahwa matematika adalah membangun bukti  dan membangun rumus serta membuktikan rumus. Membuktikan itu membangun bukti, menyebut ciri-ciri itu membangun sifat, menentukan langkah-langkah itu membangun prosedur, jadi semua dapat diawali dengan kata-kata membangun.

Secara teori atau secara teks book tidak akan pernah ditemukan dan tidak akan menjangkau bahwa belajar adalah membangun, kecuali dalam belajar filsafat dan membahas mengenai hermeneutika yang kemudian ketemu dengan konstruktivisme. Berbicara mengenai membangun, kita tidak usah berbicara jauh membahas mengenai teori dari eropa atau dari barat. Kembalikan kediri masing-masing, apa pun sukunya, apa pun agamanya, berapa pun umur, apa pun jenis kelaminnya yang namanya membangun bida di taruh di depan apa pun. Misalnya membangun dunia yang kemudian bisa di breakdown menjadi membangun pikiran sehingga ditemukan dunia pikiran, kemudian membangun rumah di breakdown menjadi membangun rumah tangga. Dalam praktiknya, pendidikan dimaknai lebih sempit misalnya pendidikan diperuntukkan mencapai tujuan tertentu. 

Kalau belajar itu sebagai membangun maka ada metode membangun. Metode membangun yang paling hakiki adalah metode membangun yang diteladankan oleh Tuhan kepada manusia dalam kaitannya alam semesta ciptaan Tuhan. Analoginya yaitu sepasang merpati membangun sarang dengan bekerja sama dan saling berinteraksi dengan alam dengan cara memetik daun dari alam yang kemudian dikumpulkan secara berulang- ulang terjadi. Cirinya adalah ada suatu pengulangan dan ada sesuatu yang berlanjut dan tidak bisa diulang. Jadi hidup adalah interaksi antara yang dapat diulang dengan yang tidak dapat diulang yang menjalani ruang dan waktunya inilah yang sebut dengan hermeneutika yang dalam bahasa Jawa disebut dengan Cakra Manggilingan yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan proses perjalanan hidup.

Sekali lagi ditegaskan bahwa direferensi mana pun tidak akan ditemukan dan tidak akan pernah bisa menjangkau kesimpulan bahwa belajar adalah hidup, karena inilah yang disebut dengan kekuatan metafisik atau the power of philosophy. Itulah kenapa orang belajar filsafat menjadi hebat dan cerdas walaupun terkadang terisolasi atau terasingkan diri karena tidak lazim di mana menggabungkan dua keadaan dijadikan satu yang tidak benar. Sehingga orang yang tidak suka menjadi manipulatif dan negative thinking. Misalnya apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang sangat besar yang tidak bisa diangkatnya sendiri, pertanyaan ini menggabungkan dua keadaan yang kontradiksi. Dengan pertanyaan tersebut banyak menimbulkan orang tidak menyukai filsafat sedangkan filsafat sendiri adalah olah pikir atau filsafat adalah dirimu sendiri.

Sabtu, 10 April 2021

TUGAS E: REVIEW VIDEO MICROTEACHING ONLINE

            Video yang direview pada kesempatan ini merupakan video mikro yang berdurasi 1 jam 35 menit dan 7 detik.

Video tersebut dibuka dengan diawali salam oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. kemudian dijawab oleh seluruh audience yang lainnya. Setelah mengucapkan salam kemudian diikuti dengan melafazkan basmalah sebagai pertanda dimulainya kelas yang selanjutnya diikuti  dengan intermezo.

Sebelum sampai kepada hal-hal yang akan disampaikan Prof. Dr. Marsigit, MA. menyampaikan beberapa hal yang mendasar yang pertama yaitu pendidikan itu bisa di naikkan sampai paling tinggi dan bisa di turunkan sampai ke paling rendah sampai pada batas materinya. Secara spiritual, fungsi dari pendidikan adalah memfasilitasi. Kata fasilitasi itu mencakup ranah paling tinggi dan ranah paling rendah. Fungsi paling tinggi dari pendidikan secara spiritual adalah memfasilitasi peserta didik yang jika dinaikkan akan terus naik menyesuaikan levelnya.

Analogi yang diceritakan pada video tersebut mengenai fungsi pendidikan secara spiritual adalah mengenai salah satu kisah dari Rasulullah saw. bersama dengan sahabatnya-sahabatnya. Suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya bagaimanakah wajah Rasulullah yang sesungguhnya?, kemudian beliau menjawab lihatlah lubang telinga anak ke-5ku itu, kemudian melihatnya kecuali satu di antara mereka yaitu Abu Bakar ra. kemudian Rasulullah saw. bertanya kenapa kamu tidak melihatnya?, Abu Bakar menjawab saya tidak perlu melihatnyq insya Alah saya sudah tahu, saya selalu melihat wajah Rasulullah kapan dan di mana pun saya berada. Kemudian Rasulullah berkata kamulah murid/sahabatku yang paling cerdas.

Dari cerita tersebut jika dinaikkan lagi di atas Rasulullah saw. masih ada lagi gurunya yaitu malaikat Jibril. Kemudian dinaikkan lagi di atas Jibril adalah kuasa Allah SWT. Jadi fungsi dari pendidikan secara spiritual adalah memfasilitasi peserta didik agar mengetahui dan menjalakan perintah dari Tuhan dan menjauhi larangannya.

Namun jika diturunkan secara filsafat, fungsi dari pendidikan secara spiritual adalah memfasilitasi siswa agar mampu membangun hidupnya dunia dan akhirat. Jika diturunkan lagi secara psikologi sosial, fungsi dari pendidikan adalah memerdekakan peserta didik. Bagaimana agar peserta didik merdeka? Diturunkan lagi psikologinya. Supaya merdeka ada istilah atau paradigma mengurangi intervensi guru untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk aktivitas siswa. Maka dari itu pendidikan dibelah menjadi dua yaitu kepentingan guru dan kepentingan siswa di mana guru mewakili generasi tua atau penguasa sedangkan siswa mewakili generasi muda atau rakyat. Kebutuhan orang tua disebut ambisi sedangkan kebutuhan orang muda adalah kebutuhan, sehingga pendidikan itu cukup dibelah menjadi dua saja, apakah kepentingan ambisi orang tua ataupun kepentingan atas kebutuhan para siswa.

Orang tua itu terdiri dari orang tua, guru, kepala sekolah, dinas, gubernur, presiden, pemerintah kemudian kapital/bisnis, industri bahkan penjajah adalah mereka-mereka yang mempunyai ambisi. Ambisi itu ada dua, yaitu ambisi yang baik dan ambisi yang buruk. Kalau pemerintah punya ambisi, maka ambisi itu adalah ambisi yang baik pada ruang dan tempatnya, kalau diterapkan di sembarang tempat belum tentu baik, maka dari itu metode menjadi penting. Begitu pun dengan penjajah, mereka mempunyai ambisi yang dianggap sebagai ambisi buruk bagi negara yang dijajahnya.

Kebutuhan orang muda atau siswa secara metodologi dibagi menjadi dua yaitu directed teaching dan interected teacing yaitu pembelajaran yang terkendali dan pembelajaran yang kurang terkendali atau loser. Video yang dibuat oleh mahasiswa terkendali dengan ketat yang. Mahasiswa mempunyai idealis, jadi bisa dikatakan bahwa video itu adalah ambisi orang tua. Yang dimaksud dengan inovasi pembelajaran pada video mikro teaching adalah move on. Move on dari penjajah ke rebibik dari pemerintah ke masyarakat, dari guru ke siswa, dari orang tua ke anaknya. Kenapa terjadi bahwa mahasiswa tidak bisa move on? Karena ini terlabelkan dengan genetika atau budaya karena intuisi mahasiswa sekarang mengalir dari intuisi penjajah yang menjadi budaya yang muncul dalam cerita dan film dalam pikiran orang tua, saudara dan seterusnya yang kemudian direfleksikan wujudnya secara tidak sadar sebagai seorang yang directed teaching.

Berikut merupakan komen-komen dari beberapaa video micro teaching online yang telah dikirim.

1.      Apersepsi

Apersepsi yang ada pada video hanya mengenai tentang ingatan. Apersepsi tidak hanya mengenai ingatan tapi juga mencakup mengenai keterampilan hidup, ingatan mengerjakan, mendengar, menulis dan sebagainya. Selanjutnya adalah jika menunjuk seseorang pada saat apersepsi maka yang lain tidak akan memperhatikan.

2.      Masalah waktu

Struktur pembelajaran itu harus tepat mulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan seterusnya berdasarkan porsi waktunya masing-masing. Masih terdapat yang belum menggunakan.

3.      Fenomena LKPD

Masih terdapat mahasiswa yang belum menggunakan LKPD atau LKS pada proses pembelajaran, dan yang harus diingat bahwa LKPD bukan kumpulan soal dan semua siswa yang membuat LKPD berisi kumpulan soal, tapi berisi langkah-langkah untuk menemukan rumus matematika.

4.      Tidak memfasilitasi siswa menemukan rumus

Dalam memfasilitasi siswa menemukan rumus mencakup persoalan spiritua, filsafat, psikologi, budaya, genetika yang mengalirkan intuisi.

Pembelajarannya masih teacher centre atau directed teaching yang mana masih didominasi oleh guru dan siswa belum menjadi aktor atau yang difasilitasi dalam pembelajaran.

Semua video masih bermasalah antara sajian tulisan dan tertulis. Banyak hal-hal yang diucapkan yang harusnya tertulis. Aliran konstruktivisme ekstrim bahkan mengatakan guru dilarang keras menjelaskan materi atau konten kepada siswa sebab akan mengintervensi siswa dalam membangun dan menemukan matematikanya atau rumusnya, di mana guru diharapkan hanya memfasilitasi saja. Itulah kenapa LKPDnya harus lengkap.

Dalam mencari kesimpulan bersama tidak harus memperoleh satu kesimpulan yang sama. Siswa hendaknya menghasilkan banyak kesimpulan kemudian mencari kesamaan dari kesimpulan yang dihasilkan.

Cenderung tergesa-gesa dalam menjelaskan materi yang secara psikologis dikejar waktu dan kuota/pulsa. Ciri khas dari directed teaching ini adalah ekspektasi guru yang sangat kuat bahwa siswa harus bisa banyak hal bahkan tanpa kompromi (absolutly).

Pemberian tugas yang 24 jam. Siswa tidak hanya mengikuti pelajaran dari sat guru yang andal, tapi menerima pelajaran dari guru yang lain juga. Tindakan seperti ini menjadi salah satu tindakan guru yang otoriter dalam pembelajaran directed learning.

Setiap orang tidak menuliskan dan tidak mengucapkan identitas kelas yang di cantumkan.

Suara, gerakan dan penampilan juga perlu diperhatikan.

Jumat, 02 April 2021

REFLEKSI PERTEMUAN 6: FILSAFAT MENEMBUS RUANG DAN WAKTU

Perkuliahan mata kuliah Filsafat Ilmu pertemuan ke-6 yang diampuh oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. dilakukan pada hari Selasa, 30 Maret 2021 pukul 12:40-14:00 WIB dan berlangsung secara daring melalu Zoom. Inti materi yang disampaikan pada mata kuliah kali ini adalah mengenai Ruang dan Waktu.

Di awal perkuliahan, Prof. Dr. Marsigit menjelaskan mengenai pertanyaan yang telah diajukan di group WA pada minggu sebelumnya. Beliau mengatakan bahwa “ karena pertanyaan Anda tidak tayang di wa maka saya nanti akan memberikan tanggapan beberapa atau keseluruhan saja, mudah-mudahan bisa menjawab semua persoalan yang Anda pikirkan”. Selain itu beliau juga menyampaikan kepada mahasiswa yang ingin bertanya boleh langsung tunjuk tangan.

Harapan dari Prof. Marsigit pada mata kuliah ini mahasiswa bisa menggunakan filsafat untuk mengungkap fenomena yang terjadi dalam pembelajaran matematika dan menyampaikan bahwa pada pertemuan kali ini, beliau akan menjelaskan mengenai menembus ruang dan waktu di dalam filsafat. Tak lupa juga beliau menyampaikan dan memperjelas mengenai tugas yang telah disampaikan pada Vcon sebelumnya. Sebelumnya telah menulis tugas di group, yaitu tugas E, yaitu membuat kajian ilmiah mengenai fenomena filsafat pada pembelajaran matematika atau sebaliknya. Judul karya masing-masing boleh dimodifikasi sesuai kebutuhan, tingkatan sekolahnya bisa SD, SMP maupun SMA yang dibuat secara saintifik dan ilmiah dengan menggunakan beberapa referensi.

Setelah beberapa penyampaian dia atas, perkuliahan pun dimulai dengan membaca doa terlebih dahulu sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Setelah berdoa, beliau kemudian mempertegas mengenai dua pokok persoalan materi pada hari ini yaitu yang pertama adalah memberikan waktu selama dua minggu untuk menyelesaikan tugas E dengan menggunakan pemahaman terhadap materi filsafat yang telah diperoleh sebelumnya sebagai alat untuk mengungkap fenomena pembelajaran matematika atau penerapan filsafat di sekolah. Tugas ini akan dikawal oleh beliau langsung dengan menjelaskan atau menerangkan baik secara teori maupun secara teknis pada pertemuan ini dan dua pertemuan yang akan datang. Deadline tugas E pada 12 April 2021 sehingga pada tanggal 13 April 2020 beliau sudah bisa membaca hasil kajian ilmiah yang telah dibuat. Yang kedua adalah mengenai materi hari ini yaitu menembus ruang dan waktu.

Menembus ruang dan waktu adalah suatu fenomena yang sangat mendasar dan sudah berkali-kali dijelaskan pada pertemuan sebelumnya, yaitu fenomena hermeneutik berupa perjalanan semua yang ada dan yang mungkin ada dalam kurun waktunya.

Menembus ruang dan waktu objeknya sama dengan filsafat yaitu meliputi objek metafisik (yang ada dan mungkin ada), kemudian objek filsafatnya yaitu objek formal dan objek material. Objek formalnya adalah bentuk atau wadahnya, sedangkan objek material adalah isi atau substansinya. Maka secara metafisik setiap isi itu mempunyai wadah dan setiap wadah itu mempunyai isi, artinya di dalam wadah itu ada isi dan di dalam isi tentu ada wadahnya lagi dan seterunya. Maka secara metafisik pula, bisa dikatakan bahwa  wadah sama dengan isi.

Jika ini ditelan mentah oleh komensen (orang awam) maka akan menjadi masalah, masalah seperti pemaksaan. Oleh karena itu yang namanya filsafat adalah penjelasan. Kalau kita bisa berbicara bawa wadah adalah isi dan tidak ada penjelasan itu namanya mitos.

Hidup ini dibagi dua, yaitu mitos dan logos. Sebenar-benar hidup adalah berusaha menjadi logos dan keluar dari mitos. Logos itu adalah memikirkan dan mitos itu adalah tidak memikirkan, maka sebenar-benar filsafat adalah logos dan sebenar-benarnya memikirkan dalam filsafat adalah penjelasan. Tidak adalah memikirkan jika tidak ada penjelasan, maka sebenar-benar filsafat adalah penjelasan.

Seorang filsuf atau orang yang mempelajari filsafat dan mengatakan bahwa wadah sama dengan isi harus mampu menjelaskannya, jangan sampai hanya berhenti di situ, kalau berhenti di situ akan membuat masalah bagi komensen. Penjelasannya bagaimana?, penjelasannya bisa dengan contoh-contoh.

Contohnya: jika Prof. Marsigit adalah wadah, maka pikirannya Prof. Marsigit adalah isi. Jika pikiran Prof. Marsigit adalah isi dan sedang berfilsafat, maka filsafatnya adalah isi dari pikiran Prof. Marsigit yang berlaku sebagai wadah dan begitu seterusnya. Contoh lain sebuah wadah dan isinya adalah air, dan air itu adalah wadah dari mineral dan mineral adalah wadah dari molekul-molekul dan seterusnya serta tidak ada yang tidak berlaku seperti itu.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa objek itu ada dua, objek formal dan objek material. Jadi, sembarang perkara baik dari spiritual sampai ke material baik itu fenomena pembelajaran matematika, dapat dipandang dan dipikirkan sebagai isi. Misalnya rumus matematika berupa dalil phytagoras yang berbicara mengenai a2 + b2 = c2 yang bisa di anggap sebagai isi atau wadahnya, maka semua contoh adalah isi dari wadahnya. Kemudian jika a2 + b2 = c2 di pandang sebagai wadah, maka semua yang menggantikan a, b dan c adalah isi-isinya. Kemudian kita ganti posisinya, hubungan antara gambar segitiga siku-siku dengan rumus a2 + b2 = c2 maka posisi gambar segitiga siku-siku adalah contoh dari konsep segitiga siku-siku. Konsep segitiga siku-siku adalah benda pikir yang ada dalam pikiran. Maka benda pikir dalam pikiran berupa konsep segitiga siku-siku mempunyai isi dan isinya adalah benda konkret atau model segitiga siku-siku atau gambar segitiga siku-siku yang bisa kita lihat. Maka secara filsafat semua yang bisa dipandang secara realitas adalah isinya pikiran. 

Secara filsafat semua yang bisa dipandang secara realitas adalah isinya pikiran, maka jika dalam pikiran ada manusia maka manusia adalah sebagai bentuknya yang terdiri dari dola, inova, siti, latif dan demikian seterusnya sebagai contoh. Dari situlah diduga bahwa semua realitas adalah isi dari pikiran. Filsafat tidak hanya mengenai pikiran, hidup ini tidak hanya pikiran manusia tapi hidup itu adalah ciptaan Tuhan sebagai spiritualitasnya. Maka jika di tingkatkan hidup itu bergantung pada keyakinan dan perasaan, sedangkan perasaan dan keyakinan berdomisili pada ilmu tentang keimanan atau iman, iman itu takwa kepada Tuhan.

Hati ini adalah pikiran. Apa hubungan hati dan pikiran? Hati itu memuat tentang pikiran maka hati yang baik bisa menimbulkan pikiran yang baik dan hati yang tidak baik bisa menimbulkan pikiran yang tidak baik, tapi pikiran yang tidak yang bisa dikendalikan oleh hati. Dan di dalam hati inilah kita mengetahui dan mempelajari mengenai kuasa Tuhan dan kausa Tuhan itu adalah kausa prima. Kausa prima inilah yang merupakan sumber dari semua wadah dan semua isi. Kausa prima inilah sebagai sebab pertama dan sebab utama atau kausa prima ini adalah isi pertama dan wadah pertama dari ciptaan Tuhan. Maka ciptaan tuhanlah yang merangkum semuanya termasuk hati dan pikiran manusia dan termasuk juga pendidikan matematika dan yang ada di dalamnya. Inilah hubungan antara wadah dan isi.

Objek secara metafisik adalah berbicara mengenai yang ada dan yang mungkin ada. Kemudian objek dari filsafat itu dapat dikatakan sebagai metodologinya atau epistemologinya yang terdiri dari tiga pilar yaitu  ontologis, epistemologi dan aksiologi. Ontologi juga ada pilar yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Aksiologi juga ada tiga pilar yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Apa maksudnya? Unsur dari salah satu ketiga pilar itu tidak dapat diabaikan. Misalnya suatu kebaikan itu adalah suatu aksiologi, maka ketika kebaikan itu disampaikan dengan cara yang tidak baik, maka hilang artinya, arti itu adalah ontologi dan menyampaikan  dengan cara yang tidak baik itu adalah epistemologi serta kebaikan yang dimaksud itu adalah aksiologi.

Berstruktur itu di intensi kan dan di ekstensi kan, metodenya secara keseluruhan secara epistemologi di intensi kan dan di ekstensi kan dengan menggunakan alat berupa bahasa analogi. Bahasa analogi itu adalah bahasa perumpamaan di atas bahasa kiasan artinya di pikiran itu ada planet mars, jupiter, planet, bintang, matahari, galaksi dan seterusnya. Loh kok mirip dengan yang terjadi di luar angkasa sana? Berarti pikiran itu analog dengan alam semesta. Pikiran juga analog dengan globe daripada. Karena kenapa? Di bumi ada Tokyo dan di pikiran juga ada Tokyo. Amerika juga begitu, sebelum ke Amerika di pikiran sudah ada Amerika. Maka dapat dikatakan bahwa pikiran saya analog dengan dunia. Jadi inilah yang sebut dengan bahasa analog yang berusaha menembus ruang dan waktu. Secara epistemologi, pikiran yang cerdas di dalam filsafat adalah ketika orang bisa menempatkan di dalam ruang dan waktunya dengan metode yang sesuai dengan ruang dan waktunya.

Jika dunia ini berstruktur, maka semuanya berstruktur. Tubuh berstruktur, pikiran berstruktur, hati berstruktur. Jadi yang tergoda dengan setan itu strukturnya berada di bawa, dan hati yang dituntun oleh nur (cahaya) itu harus di atas inilah yang disebut dengan berstruktur. Dunia berstruktur maka semuanya berstruktur. Keluarga berstruktur, Prof. Marsigit berstruktur, kuliah berstruktur, alam semesta berstruktur, pemerintahan berstruktur pikiran berstruktur, yang ada dan yang mungkin ada berstruktur.

Struktur yang paling sederhana dari yang ada dan yang mungkin ada adalah wadah dan isi atau secara keseluruhan adalah fatal dan vital. Fatal adalah wadahnya dan vital adalah isinya, sehingga jika fatal berupa wadanya isinya bisa berupa vital atau fatal dan seterusnya secara berstruktur. Maka berangkat dari struktur yang sederhana kemudian berkembang. Dulu, ketika filsafat berada pada masa Yunani kuno, struktur filsafat itu hanya ada dua yaitu saya dan bukan saya, di dalam dan di luar, diri dan bukan diri, saya dan lingkungan. Filsafat pada saat itu fokus pada apa yang terjadi dan bagaimana dan apa bahan terbuatnya lingkungan, seperti batu terbuat dari apa, tanah terbuat dari apa dan lain-lain. Sampai-sampai pada saat itu ada kesimpulan bahwa dunia ini terbuat dari angin, air dan udara dan api. Itu adalah filsafat pertama yang disebut dengan filsafat alam yang kemudian berkembang menjadi diriku itu adalah diriku yang aku pikirkan dan bukan diriku adalah diri yang berada di luar diriku atau realitas. Yang aku pikirkan berkembang menjadi rasionalisme dan realitas kemudian berkembang menjadi empirisme. Kemudian pada perkembangan berikutnya, struktur dunia ada tiga pada masa Aguste Comte yaitu dari bawah disebut spiritualitas, paling tinggi adalah positivisme dan di tengah adalah metafisik. Kemudian sampai sekarang struktur dunia masih berkembang.

Kemudian secara metafisik terdapat tiga metode atau epistemologi yaitu yang ada, kemudian mengada, kemudian pengada. Mengada adalah sebagai suatu bentuk kegiatan, pengada adalah sebagai suatu produk atau hasil yang kalau diturunkan bisa sampai pada pendidikan matematika. Karena dunia berstruktur, makan metode berstruktur dan kata-kata juga berstruktur. Inilah yang dimaksud dengan menembus ruang dan waktu.