Minggu, 21 Februari 2021

TUGAS 3B: PEMIKIRAN FILSAFAT

 Refleksi Video 1: Pemikiran Filsafat

Tugas ini merupakan refleksi video mengajar bapak Prof. Dr. Marsigit, MA. yang berdurasi 59 menit 06 detik yang berjudul Filsafat Bagian 1, by Marsigit, Thuersday 17 Okt 2019, yang dapat diakses pada link https://youtu.be/8t3lalvQbiQ.

Kehidupan itu adalah metafisik. Setelah sesuatu yang ada akan masih ada lagi secara terus menerus dan tidak akan selesai.

Sebelum yang ada juga ada lagi, sampai tidak pernah selesai. Sehingga ketika maju tidak selesai, mundur juga tidak selesai, karena manusia tidak sempurna.

Manusia itu tidak sempurna. Manusia tidak sempurna agar manusia bisa hidup, sebab jika manusia itu sempurna maka manusia tidak dapat hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesempurnaan manusia itu tidak sempurna, atau dengan kata lain manusia itu sempurna di dalam ketidaksempurnaan dan tidak sempurna di dalam kesempurnaan.

Kegiatan dan sifat manusia berawal dari hal-hal fatal dan vital. Fatal adalah terpilih dan terpilih itu adalah takdir. Disebut takdir karena sudah terjadi dan tidak dapat dubah. Kemudian vital, vital adalah memilih dan memilih adalah ikhtiar. Dari kedua hal inilah yang kemudian memunculkan metafisik.

Metafisik adalah sifat dibalik sifat, sifat mendahului sifat, sifat mengikuti sifat dan sifat mempunyai sifat. Maka sebenar-benar manusia adalah sifat mengikuti sifat. Sifat dari fatal adalah tetap, karena tidak bisa mengubah takdir yang sudah terjadi, kecuali kuasa Tuhan. Sedangkan vital dapat berubah.

Berangkat perihal yang fatal, maka semakin ke atas kita akan bertemu dengan idealism, absolutism, spiritualism, kuasa Tuhan atau disebut kausa Prima yaitu sebab dari segala sebab dan definisi/asumsi. Sedangkan daru perihal yang vital, akan ditemukan realism, materialism (contohnya benda), contoh. Kemudian yang tetap, fatal, terpilih, jalannya menggunakan logisism dan yang  berubah, vital, memilih jalannya berdasarkan hukum alam. Koherenism (misalnya wanita dan perempuan), analitik (misalnya ibu), konsisten (misalnya melahirkan) berkebalikan dengan Korespondensitism dan sintetik dimana koherenism sejalan dengan logisism.  

Ketentuan-ketentuan umum yang dibuat dan dipahami bisa menjadi aksioma dan teorema, diatas teorema ada hukum. Langit dan dewa berkebalikan dengan bumi dan daksa. Formal dan normatif terletak di bagian atas bersama dengan vital dan logis. A priori berkebalikan dengan a posteriori. A priori memiliki arti paham ilmu walaupun belum melihat, sedangkan a posteriori adalah mengetahui ilmu setelah melihat. Pengetahuan a posteriori didapatkan melalui pengalaman, dari fenomena satu ke fenomena berikutnya. Karena adanya pengalaman ini, maka muncul empirisism. Sehingga a posteriori adalah empirisism dan sebaliknya a priori adalah rasionalism.

Filsuf Permenides yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu bersifat tetap sedangkan filsu Herekleitos berpendapat bahwa segala sesuatu itu berubah. Namun, dalam berpikir filsafat, harus menganut dua pandangan tersebut, hal ini karena terdapat hal yang tetap dan terdapat hal yang sifatnya berubah. Tetap berarti A = A, hanya ada di pikiran dan memenuhi hukum identitas, sedangkan dikatakan berubah itu A  A, yang terjadi di kehidupan kita dan memenuhi hukum kontradiksi.

Ideal itu merupakan sifat identitas, namun kita hidup di dunia ini bersifat kontradiksi. Tautologis berkebalikan dengan novelti/kebaharuan. Ada kompromi diantaranya yaitu A = A + 1.

Aliran pemikiran tentang adanya tuhan diantaranya ada yang mempercayai bahwa kuasa Tuhan itu Esa merupakan filsafat monoism. Filsafat pluralism adalah kebalikannya yang berpikiran bahwa tuhan atau jamak. Sedangkan pemikiran yang mempercayai kedua hal tersebut dalam artian moderat disebut dengan filsafat dualism. Ditarik ke konteks dan makna Pancasila maka disebut monodualism, yaitu mono = percaya yang Esa, dualism = antara Tuhan dan manusia.

Filsuf yang mendahului kemunculan Immanuel Kant, diantaranya adalah Rene Descartes dan David Hume.

Rene Descartes adalah tokoh yang aliran pemikirannya mengarah pada paham rasionalism dan skeptisism. Filsafat pemikiran skeptisism sudah mulai dikenal sejak zaman Yunani Kuno, yang kemudian mendapat pertentangan oleh filsafat pemikiran empirisism, yang salah satu tokoh yang berang penting di dalamnya adalah David Hume. Kemudian Rene Descartes meragukan keberadaan Tuhan dan kemudian ia mersa bingung apakah ia ada di alam mimpi atau nyata, setelah berpikir sangat panjang ia menemukan bahwa ini semua nyata, karena ia dapat berpikir, maka hadirlah ungkapan yang terkenal yaitu cogito  ergo sum yang artinya “aku ada karena aku berpikir. Kemudian Rene Descartes menarik kesimpulan bahwa ilmu harus berdasar pada rasionalitas, pikiran. Namun, pemikiran tersebut sangat bertentangan dengan pemikiran David Hume. Menurut David Hume ilmu harus berdasarkan pada pengalaman.

Setelah panjangnya perdebatan Rene Descartes dan David Hume kemudian muncullah Immanuel Kant sebagai penengah dari pemikiran mereka. Immanuel Kant manyatakan pemikirannya, bahwa Rene Descartes benar pada konteks pembicaraan a priori penggunaan pikiran, namun terbatas karena hanya mengandalkan kelogisism maka tidak akan memperoleh menghasilkan kesimpulan yang berakibat pada tidak berkembangnya peradaban. Karena pemikiran tersebut hanya menghasilkan A = A. Begitu juga dengan Hume, menurut Kant ia juga benar dalam hal teori Sintetik, namun juga terbatas. Inti dari mepikiran Immanuel Kant bahwa ilmu pengetahuan yang benar adalah diperoleh dari pemikiran antara sintetik dan a priori yang mendamaikan kedua pemikiran sebelumnya. Dari pemikiran Immanuel Kant inilah kemudian muncul zaman modern. Sehingga zaman modern dalam filsafat dikenal dengan waktu bertemunya paham Rene Descartes dengan David Hume.

Tengah perjalanan zaman modern hadir filsuf bernama Auguste Compte. Ia berpendapat bahwa agama tidak dapat digunakan untuk membangun dunia karena agama tidak logis, ini tertuang dalam buku yang bernama positifism

Berikut struktur pemikiran dunia saat ini:



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar