Refleksi Video 1: Pemikiran Filsafat
Tugas ini merupakan refleksi video
mengajar bapak Prof. Dr. Marsigit, MA. yang berdurasi 59 menit 06 detik yang
berjudul Filsafat Bagian 1, by Marsigit, Thuersday 17 Okt 2019, yang dapat
diakses pada link https://youtu.be/8t3lalvQbiQ.
Kehidupan itu adalah metafisik.
Setelah sesuatu yang ada akan masih ada lagi secara terus menerus dan
tidak akan selesai.
Sebelum yang ada juga ada lagi, sampai tidak pernah
selesai. Sehingga ketika maju tidak selesai, mundur juga tidak selesai, karena
manusia tidak sempurna.
Manusia itu tidak sempurna. Manusia
tidak sempurna agar manusia bisa hidup, sebab jika manusia itu sempurna maka
manusia tidak dapat hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesempurnaan manusia
itu tidak sempurna, atau dengan kata lain manusia itu sempurna di dalam
ketidaksempurnaan dan tidak sempurna di dalam kesempurnaan.
Kegiatan dan sifat manusia berawal dari hal-hal
fatal dan vital. Fatal adalah terpilih dan terpilih itu adalah takdir. Disebut takdir karena sudah
terjadi dan tidak dapat dubah.
Kemudian vital, vital adalah memilih dan memilih adalah ikhtiar. Dari kedua hal inilah yang kemudian memunculkan metafisik.
Metafisik adalah sifat dibalik sifat, sifat
mendahului sifat, sifat mengikuti sifat dan sifat mempunyai sifat. Maka
sebenar-benar manusia adalah sifat mengikuti sifat. Sifat dari fatal adalah
tetap, karena tidak bisa mengubah takdir yang sudah terjadi, kecuali kuasa
Tuhan. Sedangkan vital dapat berubah.
Berangkat perihal yang fatal, maka semakin
ke atas kita akan bertemu dengan idealism, absolutism, spiritualism, kuasa
Tuhan atau disebut kausa Prima yaitu sebab dari segala sebab dan definisi/asumsi. Sedangkan
daru perihal yang vital, akan
ditemukan realism,
materialism (contohnya benda), contoh. Kemudian yang tetap, fatal, terpilih,
jalannya menggunakan logisism dan yang
berubah, vital, memilih jalannya berdasarkan hukum alam. Koherenism
(misalnya wanita dan perempuan), analitik (misalnya ibu), konsisten (misalnya
melahirkan) berkebalikan dengan Korespondensitism dan sintetik dimana
koherenism sejalan dengan logisism.
Ketentuan-ketentuan umum yang dibuat dan dipahami
bisa menjadi aksioma dan teorema, diatas teorema ada hukum. Langit dan dewa
berkebalikan dengan bumi dan daksa. Formal dan normatif terletak di bagian atas
bersama dengan vital dan logis. A priori berkebalikan dengan a posteriori. A
priori memiliki arti paham ilmu walaupun belum melihat, sedangkan a posteriori
adalah mengetahui ilmu setelah melihat. Pengetahuan a posteriori didapatkan
melalui pengalaman, dari fenomena satu ke fenomena berikutnya. Karena adanya
pengalaman ini, maka muncul empirisism. Sehingga a posteriori adalah empirisism
dan sebaliknya a priori adalah rasionalism.
Filsuf Permenides
yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu bersifat tetap sedangkan filsu Herekleitos
berpendapat bahwa segala sesuatu itu berubah. Namun, dalam berpikir filsafat, harus menganut dua pandangan tersebut,
hal ini karena terdapat
hal yang tetap dan terdapat hal
yang sifatnya berubah. Tetap berarti A = A, hanya ada di pikiran dan memenuhi hukum
identitas, sedangkan dikatakan berubah
itu A A, yang terjadi di kehidupan kita dan memenuhi
hukum kontradiksi.
Ideal itu merupakan sifat
identitas, namun kita hidup di dunia ini bersifat kontradiksi. Tautologis
berkebalikan dengan novelti/kebaharuan. Ada kompromi diantaranya yaitu A = A +
1.
Aliran pemikiran tentang adanya tuhan diantaranya ada
yang mempercayai bahwa kuasa Tuhan itu Esa merupakan filsafat monoism. Filsafat pluralism adalah kebalikannya yang berpikiran bahwa tuhan atau
jamak. Sedangkan pemikiran yang mempercayai
kedua hal tersebut dalam artian
moderat disebut dengan filsafat dualism. Ditarik ke konteks dan makna Pancasila
maka disebut monodualism, yaitu mono = percaya yang
Esa, dualism = antara Tuhan dan manusia.
Rene Descartes adalah tokoh yang
aliran pemikirannya mengarah pada paham rasionalism
dan skeptisism. Filsafat pemikiran skeptisism
sudah mulai dikenal sejak
zaman Yunani Kuno, yang kemudian mendapat
pertentangan oleh filsafat
pemikiran empirisism, yang salah satu tokoh yang berang penting di dalamnya
adalah David Hume. Kemudian Rene Descartes
meragukan keberadaan Tuhan dan kemudian ia
mersa bingung apakah ia ada di alam
mimpi atau nyata, setelah berpikir sangat panjang ia menemukan bahwa ini semua
nyata, karena ia dapat berpikir, maka
hadirlah ungkapan yang terkenal yaitu cogito ergo sum
yang artinya “aku ada karena aku berpikir”.
Kemudian Rene Descartes menarik kesimpulan bahwa
ilmu harus berdasar pada rasionalitas,
pikiran. Namun, pemikiran tersebut sangat
bertentangan dengan pemikiran David
Hume. Menurut David Hume ilmu harus berdasarkan
pada pengalaman.
Setelah panjangnya perdebatan Rene Descartes dan David
Hume kemudian muncullah Immanuel Kant sebagai penengah dari pemikiran mereka.
Immanuel Kant manyatakan pemikirannya, bahwa Rene Descartes benar pada konteks
pembicaraan a priori penggunaan pikiran, namun terbatas karena hanya
mengandalkan kelogisism maka tidak akan memperoleh menghasilkan kesimpulan yang
berakibat pada tidak berkembangnya peradaban. Karena pemikiran tersebut hanya
menghasilkan A = A. Begitu juga dengan Hume, menurut Kant ia juga benar dalam
hal teori Sintetik, namun juga terbatas. Inti dari mepikiran Immanuel
Kant bahwa ilmu pengetahuan yang benar adalah
diperoleh dari pemikiran
antara sintetik dan a priori yang mendamaikan
kedua pemikiran sebelumnya. Dari pemikiran Immanuel Kant inilah kemudian muncul
zaman modern. Sehingga zaman modern dalam filsafat dikenal dengan waktu bertemunya paham
Rene Descartes dengan David Hume.
Berikut struktur pemikiran dunia saat ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar